Secara tahunan, kredit agribisnis BNI mengalami pertumbuhan sebesar 5,1 persen dimana pertumbuhan tersebut ditopang oleh dominasi sektor perkebunan sawit.
Menurut Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta kredit agribisnis BNI mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan / NPL) yang sangat rendah yaitu pada level 0,5 persen.
Meskipun tidak menyebut secara rinci, Herry mengatakan jika sampai dengan periode Oktober 2018 kredit di sektor ini telah terserap sebesar Rp46 triliun.

Lebih lanjut ia mengatakan jika pada tahun 2019 kredit di sektor ini akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pada tahun ini. Menurutnya hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi akan tumbuh sebesar 5,3 persen dengan sektor pendorong utamanya yaitu pada sektor pertanian.
Seperti diketahui jika Bank Indonesia (BI) mencatatkan pertumbuhan kredit di sektor Agribisnis tumbuh baik dalam bentuk kredit investasi maupun modal kerja pada Oktober 2018. Kredit investasi di sektor Agribisnis tumbuh 12,1 persen yoy menjadi Rp217,9 triliun.
Adapun subsektor pendorong kredit investasi Agribisnis adalah perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau dan Jambi. Sedangkan kredit modal kerja di sektor Agribisnis tumbuh 19,1 persen yoy menjadi Rp141,9 triliun. []