WARTABANK.COM, Jakarta – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pernah berada pada titik terendah dalam perjalanan bisnisnya. Utang yang menggunung, saham yang dibekukan dan ditambah persoalan-persoalan hukum yang terjadi di masa lalu. Belum lagi pandemi covid-19 yang membuat bisnis penerbangan menjadi gelap kala itu.
Bak mengurai benang kusut! Tidak salah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menunjuk sosok Irfan Setiaputra untuk menjadi “pilot” terdepan perusahaan pelat merah ini.
Menghadapi berbagai perosalan internal perusahaan, Irfan mulai menata dan mengurai satu persatu persoalan yang ada. Banyak perubahan besar yang dilakukan Irfan sejak ditunjuk sebagai Direktur Utama pada Januari 2020 lalu. Sejumlah hal yang berhasil dirombak Irfan antara lain memperbaiki kinerja keuangan perusahaan yang tertekan.
Pada tahun 2020, Garuda membukukan rugi bersih sebesar US$ 2,44 miliar. Kemudian, rugi itu membengkak jadi US$ 4,15 miliar pada 2021. Kinerja perusahaan yang memburuk ini tak lepas dari efek pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan orang.
Setahun kemudian, kinerja Garuda Indonesia berbalik positif. Pada 2022, maskapai pelat merah ini membukukan laba bersih sebesar US$ 3,81 miliar. Laba bersih maskapai tersebut semakin melonjak pada 2023 mencapai US$ 251,9 juta. Kinerja perusahaan meningkat seiring dengan meningkatkan pendapatan.
Di bawah kepemimpinannya, Garuda Indonesia terus berupaya menerapkan prinsip tata kelola yang baik/good corporate governance (GCG). Langkah ini diimplementasikan melalui pemutakhiran pedoman etika bisnis dan etika kerja, program pengendalian gratifikasi, sistem manajemen anti penyuapan, hingga pengukuran atas penerapan tata kelola yang baik. []