MEDIABUMN.COM, Jakarta – Ekonom menilai bahwa keberadaan Danantara Indonesia sebagai lembaga pengelola investasi negara memiliki potensi untuk menjadi katalis yang signifikan dalam pendalaman pasar modal serta sebagai motor penggerak penciptaan lapangan kerja.
Lembaga ini dianggap mampu memberikan sinyal kepercayaan kepada investor global, di tengah menurunnya porsi kepemilikan institusional dan bobot Indonesia dalam indeks internasional.
Ekonom dari NEXT Indonesia Center, Herry Gunawan, menjelaskan bahwa mandat besar Danantara sejalan dengan harapan Presiden Prabowo agar lembaga ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian, termasuk dalam mendukung APBN.
“Kontribusi Sovereign Wealth Fund (SWF) terhadap perekonomian telah dibuktikan oleh Temasek dan GIC di Singapura. Mereka mampu menyumbang sekitar 20 persen dari belanja pemerintah pusat. Danantara sebagai SWF pemerintah Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian nasional. Dengan mengambil peran serupa, Danantara dapat menjadi sumber anggaran di luar APBN melalui imbal hasil investasi dan pengelolaan aset negara,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Menurut Herry, peran penting Danantara terletak pada akselerasi investasi di sektor riil. Saat ini, kontribusi investasi terhadap PDB Indonesia masih sekitar 28–29 persen, jauh di bawah China yang dalam dua dekade terakhir rata-rata mencapai 42 persen, atau India yang berada di kisaran 31 persen.
“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, investasi harus ditingkatkan. Danantara dapat berfungsi sebagai katalis dengan menarik mitra domestik maupun asing melalui skema business-to-business,” jelasnya.
Agar potensi ini dapat terwujud, Herry menilai Danantara harus dikelola secara profesional dengan menegakkan tata kelola yang baik, pengelolaan risiko, serta inovasi dalam strategi investasi. “Tiga pilar ini sangat penting agar Danantara dapat hadir dan berkembang sesuai dengan harapan,” pungkas Herry.
Danantara menegaskan mandat ganda yang dimilikinya: mendorong transformasi ekonomi nasional, memberikan dampak langsung kepada masyarakat, menciptakan lapangan kerja, serta menghasilkan imbal hasil komersial.
Struktur ganda yang ada dirancang tidak hanya untuk mengelola portofolio, tetapi juga untuk mengorkestrasi perubahan ekonomi jangka panjang. Danantara mengelola dua pilar utama.
Danantara Asset Management bertugas untuk mengonsolidasikan kepemilikan dan kinerja badan usaha milik negara (BUMN), termasuk melakukan restrukturisasi.
Sementara itu, Danantara Investment Management mengalokasikan modal ke sektor-sektor strategis seperti transisi energi, hilirisasi industri, infrastruktur digital, dan kesehatan.
“Efek pengganda untuk pasar modal dapat dilakukan oleh Danantara Investment Management yang mampu mendukung likuiditas di pasar modal. Selain itu, melalui Danantara Asset Management, jika BUMN dikelola dengan baik, akan menjadi peluang bagi investor di pasar modal untuk menanamkan investasinya. Ini juga akan menggerakkan pasar modal di dalam negeri,” jelas Herry.
Pemerintah menempatkan Danantara sebagai motor pertumbuhan baru. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadiwa menegaskan bahwa akselerasi investasi nasional tidak lagi hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga pada kontribusi Danantara dan sektor swasta.
“Ke depan, percepatan investasi tidak hanya mengandalkan APBN, tetapi juga didukung oleh penguatan peran sektor swasta dan Danantara sebagai sovereign wealth fund Indonesia,” kata Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, baru-baru ini.
Pemerintah menargetkan total investasi nasional mencapai Rp10.000 triliun pada tahun 2029, dengan kontribusi Danantara diproyeksikan sebesar Rp980 triliun.
Selain memperluas pasar, Danantara menekankan bahwa investasi harus mendukung pembangunan sumber daya manusia. Saat ini, sebagian besar pekerja di Indonesia masih memiliki tingkat pendidikan menengah ke bawah, dengan hanya sekitar 10 persen yang berpendidikan tinggi.
Pada periode 2020–2024, sebanyak 82 persen pekerjaan baru dibayar di bawah upah minimum, meningkat dari 78 persen pada periode 2015–2020. Herry menilai bahwa fokus Danantara pada penciptaan lapangan kerja yang berkualitas sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi secara nasional.
“Dengan meningkatnya gairah investasi, lebih banyak lapangan kerja tercipta, kondisi ekonomi masyarakat membaik, dan pertumbuhan ekonomi akan terdorong lebih tinggi. Inilah peran yang seharusnya dijalankan oleh Danantara. Untuk mendukung kualitas, Danantara perlu menyiapkan manajemen talenta, mulai dari pengembangan soft skill, hard skill, hingga kepemimpinan. Dengan demikian, tenaga kerja yang diserap tidak hanya banyak, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mendukung produksi, inovasi, dan daya saing di industri,” ujarnya.
Dengan mandat ganda tersebut, Danantara diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai instrumen keuangan negara, tetapi juga sebagai penggerak transformasi ekonomi. []
