WARTABANK.COM, Jakarta – Perusahaan pelat merah berhasil mencatatkan kinerja cemerlang dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini pun mendorong total aset badan usaha milik negara (BUMN) mencapai sekitar US$ 680 miliar atau Rp 10.400 triliun lebih per Desember 2023.
Nilai aset itu disebut melampaui BUMN asal Singapura, Temasek Holdings Limited. Mengutip laman resmi Temasek, perusahaan investasi ini tercatat memiliki nilai portofolio bersih yang mencakup investasi, aset, dan liabilitas sebesar US$ 382 miliar pada 2023.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa selain efisiensi, pembentukan holding BUMN akan mengerek aset perusahaan pelat merah.
“Selain efisiensi dan efektivitas, salah satu tujuan holding adalah memperbesar nilai aset. Jika satu-satu yang kecil ini digabungkan pasti akan menjadikan aset perusahaan gabungan tersebut membesar,” katanya, dikutip Sabtu (28/9/2024).
Sebagai informasi, aset PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo tercatat naik hingga 6% menjadi Rp 123,2 triliun pada semester I 2024. Pertumbuhan aset ini seiring dengan penguatan kinerja keuangan Pelindo selama tiga tahun terakhir.
Sebagaimana diketahui, pada 21 Oktober 2021 PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia IV menjadi satu sebagai surviving entity di bawah PT Pelabuhan Indonesia (Persero) II.
Mengutip laporan tahunan Pelindo, aset perusahaan ini sebesar Rp 116,2 triliun pada 2021. Kemudian, pada 2023, naik menjadi 118,3 triliun dan menjadi Rp 123,2 triliun per semester I-2024.
Sementara itu Holding BUMN Pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney terus catatkan peningkatan aset perusahaan sejak pertama kali dibentuk pada tahun 2022. Catatan positif perusahaan meningkat sebesar 6,3 persen, yakni menjadi Rp99,3 triliun pada tahun 2023. Peningkatan aset ini diharapkan terus bertumbuh, seiring dengan peningkatan operasional perusahaan di masa mendatang.
Berdasarkan Laporan Keuangan InJourney tahun 2023, total aset perusahaan secara historis pada tahun 2021 tercatat Rp93,4 triliun, kemudian bertumbuh menjadi Rp94,7 triliun pada 2022. Pada akhir tahun 2023 jumlah aset tersebut bertumbuh dan mencapai Rp99,3 triliun.
Menjelang berakhirnya tahun 2023 lalu, InJourney meluncurkan dua sub holding di bidang industri aviasi yakni InJourney Airports dan InJourney Aviation Services, sebagai
langkah transformasi di industri aviasi dan kebandarudaraan. InJourney Group selanjutnya akan fokus pada proses integrasi bandara untuk menciptakan standar
pelayanan yang berkualitas sesuai dengan amanah dari pemerintah.
Kemudian pada September 2024 diresmikan penggabungan dua perusahaan besar pengelola bandar udara di Indonesia, yaitu PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II). Penggabungan ini telah berjalan dengan lancar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ke dalam satu entitas yakni PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.
Dengan adanya konsolidasi ini InJourney Airports dapat menangani lebih dari 170 juta penumpang per tahun dan akan berada di urutan kelima perusahaan operator
bandara terbesar di dunia. Dengan adanya penggabungan ini, bandara yang dikelola InJourney akan menjadi salah satu dari 5 operator bandar udara terbesar di dunia. []